PWK FT UNS — Rahman Hilmy Nugroho, Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta memberi pelatihan pemetaan digital menggunakan program Sistem Informasi Geografis bagi perangkat desa Kalikidang, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Pelatihan yang digelar pada pertengahan Februari tersebut secara lebih khusus mengulik pemetaan di bidang kesehatan dengan memanfaatkan software ArcMap.
Saat dihubungi uns.ac.id, Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Fakultas Teknik ini menjelaskan, pemilihan fokus kesehatan tidak terlepas dari kasus Covid-19 yang masih berkembang hingga kini. Oleh karenanya, persebaran kasus Covid-19 dan masalah kesehatan di Kalikidang perlu dipetakan.
“Konsepnya itu mengajari perangkat desa agar bisa memetakan sendiri potensi atau masalah di desanya. Terutama di bidang kesehatan karena saat ini masih ada pandemi,” jelasnya, Kamis (25/2/2021).
Selain itu, Rahman memberi pelatihan pembuatan peta desa yang dicetak untuk dipajang. Sebenarnya, imbuh Rahman, para perangkat desa sangat paham mengenai peta dan dapat menunjukan di mana lokasi dan batas-batas desa secara akurat.
“Namun, belum ada tenaga yang berkompeten dan terampil melakukan pemetaan digital melalui Sistem Informasi Geografis. Kendala itu berakibat pada minimnya ketersediaan peta desa dan informasi yang tidak diperbaharui,” tutur Rahman.
Pelatihan tersebut dihadiri oleh para perangkat desa yang secara langsung mempraktikkan penggunaan ArcMap. Acara kemudian dilanjutkan dengan pemberian modul pelatihan dan peta desa yang dicetak.
Adapun persiapan yang dilakukan Rahman sebelum pelatihan ialah survei ke kantor desa untuk melihat ketersedian peta desa serta survei lapangan. Survei lapangan ini dilakukan untuk melihat kondisi fisik dan batas administrasi, seperti batas RT, RW, desa, serta kecamatan sebagai bahan dasar pembuatan peta.
Setelah bahan-bahan didapat, Rahman membuat modul untuk pemakaian Program Sistem Informasi Geografis (ArcMap) tingkat dasar yang menjelaskan langkah-langkah memasukan data ke dalam tabel atribut di ArcMap. Lalu membuat titik lokasi, hingga peta jadi untuk dicetak atau dimasukan ke dalam dokumen lain. Di mana contoh titik lokasinya adalah lokasi kasus Covid-19.
Tantangan dan Respons
Dalam proses ini, Rahman harus menghadapi beberapa tantangan. Pertama, saat survei lapangan, medannya naik turun, terdapat jalan yang rusak, serta batas-batas administrasi yang tidak nampak. Yakni batas yang di tengah kebun atau sawah sehingga sulit dikenali.
Yang kedua, Rahman harus mengajari orang yang lebih tua dan baru pertama kali menyentuh software ini sehingga mereka agak kesulitan. Akan tetapi, pada akhirnya seluruh peserta dapat membuat peta sendiri.
Respons baik pun diberikan perangkat desa, terutama Kepala Desa dan Kaur Perencanaan Kalikidang. Mereka sangat antusias terhadap kegiatan ini dari awal hingga selesai dan sangat berterima kasih karena desa merasa terbantu.
“Bahkan karena sekarang sedang ada PPKM Mikro, setelah pelatihan, di posko PPKM mereka membuat peta sendiri sebagai alat untuk menandai zona di tiap RT dengan pin,” terang Rahman.
Melalui program ini, Rahman mengaku dapat memperoleh pengalaman baru sebagai trainer untuk perangkat desa. Bersyukurnya lagi, pelatihan ini berdampak cukup besar pada desa karena langsung dimanfaatkan untuk PPKM Mikro.
Di sisi lain, pelatihan ini juga diinisiasi Rahman sebagai bagian program individu dari Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang tengah ia jalani. Menyinggung KKN, Rahman menyampaikan harapan agar ke depannya lebih banyak program KKN yang menyasar perangkat desa.
“Peningkatan kapasitas perangkat desa juga perlu, karena mereka yang mengurus desa. Jadi peningkatan kapasitas perangkat desa bukan hanya dilakukan oleh instansi daerah atau pihak terkait, melainkan bisa juga dilakukan oleh mahasiswa,” ujar Rahman. Humas UNS
Reporter: Kaffa Hidayati
Editor: Dwi Hastuti