https://ppid.inka.co.id/sgnteng/ https://cbtfikkes.unimus.ac.id/grend/ https://jdih.unila.ac.id/pegas/ https://daring.teknokrat.ac.id/nokrax/ https://mobile.jayamix.co.id/sgopir/ https://lims.sucofindo.co.id/sejuk/ https://ensia.sucofindo.co.id/boss/ https://agrinesia.co.id/fovs/ https://lims.sucofindo.co.id/asid/ https://agrinesia.co.id/pucuk/ https://jurnalhub.ticmi.co.id/apps/ https://ensia.sucofindo.co.id/filex/
Mahasiswi PWK UNS Sampaikan 16% Objek Wisata Tidak Terjangkau Angkutan Umum dalam Workshop Kajian Kebutuhan Transportasi Mendukung Pariwisata yang Terintegrasi di Kota Solo – Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Mahasiswi PWK UNS Sampaikan 16% Objek Wisata Tidak Terjangkau Angkutan Umum dalam Workshop Kajian Kebutuhan Transportasi Mendukung Pariwisata yang Terintegrasi di Kota Solo

(Sumber : Dokumentasi Pemkot Solo, 2024)

PWK FT UNS – Mahasiswi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, Tiara Imelia (angkatan 2020), yang juga didampingi oleh dosen Dr. Bambang S. Pujantiyo, .Eng., M.Eng. berkesempatan menyampaikan hasil penelitiannya dalam Workshop Kajian Kebutuhan Transportasi Mendukung Pariwisata yang Terintegrasi di Kota Solo di Horison Aziza Solo, Senin (29/7/2024).

Dalam workshop tersebut juga dihadiri narasumber dari pemerintahan yakni Kepala Dinas Perhubungan Kota Solo Taufiq Muhammad, Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo Siti Khotimah, dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Kota Solo Agung Riyadi.

Tiara dalam penelitiannya mengenai Kebutuhan Trayek Angkutan Umum Berdasarkan Kebutuhan Ruang Terhadap Pariwisata di Solo yang telah dilakukan pada tahun 2024 menyampaikan bahwa Kota Solo memiliki lebih dari 170 objek wisata. Sedangkan secara sistem transportasi, kota ini memiliki sistem transportasi yang lebih baik dari kota-kota besar lainnya yang ada di Indonesia. Hal ini didukung dengan adanya keberadaan moda transportasi umum yakni Batik Solo Trans, feeder BST, Trans Jateng, dan kereta.

Lebih lanjut, Tiara mengungkapan, semakin banyak objek wisata semakin besar daya tarik yang dihasilkan sehingga perlu sistem transportasi yang mendukung pariwisata.

Dalam penelitiannya, Tiara menjelaskan acuan Standar Nasional Indonesia (SNI) tata cara perencanaan lingkungan perumahan idealnya masyarakat mampu berjalan kaki 400 meter. Namun, kenyataannya hasil wawancara dan kuesioner, masyarakat hanya mampu berjalan kaki 100 meter. “Aturan 400 meter tak berjalan dengan baik, kami analisis ulang kawasan terjangkau hanya 100 meter, kawasan tidak dijangkau trayek angkutan umum menjadi 28 objek wisata atau 16%”, tambah Tiara.

Terdapat empat kelurahan yang menjadi prioritas, yaitu Kelurahan Semanggi, Pajang, Nusukan, dan Gilingan. Empat kelurahan itu dianalisis sesuai dengan tingkat kepadatan penduduk, ketersediaan fasilitas, dan keberagaman guna lahan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Tiara tersebut, diharapkan menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Kota Solo dalam upaya untuk mewujudkan sistem transportasi yang mendukung pariwisata secara terintegrasi.

Leave a Reply